Welcome To Co_Tako'_Corp Blog (Mitra P30download)

DonkeyMails.com: No Minimum Payout

Kamis, 13 Desember 2012

KAJIAN KEBIJAKAN KURIKULUM


Kajian SK dan KD SDLB-C1



Kelompok C1 dipandu oleh Dr. Ishartiwi dari UNY dan Dra. Iis Susmiati dari SDLB
Lebak Bulus. Berikut beberapa kesepakatan yang diperoleh melalui diskusi sekelompok
setelah masing-masing sub-kelompok yang dibentuk berdasarkan mata pelajaran
mengkaji masing-masing mata pelajaran:
1) Standar kompetensi (SK) untuk masing-masing mata pelajaran sebagian besar
terlalu tinggi dan melebihi kapasitas kemampuan anak C1
2) Rumusan kompetensi dasar (KD) untuk masing-masing mata pelajaran terlalu
tinggi dan tidak mungkin mampu dicapai oleh siswa C1. Untuk KD yang terlalu
tinggi tersebut harus dibuang.
3) KD yang termasuk ketegori “sulit” namun relevan bagi kebutuhan anak-anak
C1 sehingga dapat digunakan dalam membantu dalam kehidupan sehari-hari,
sebaiknya dijabarkan menjadi indikator yang lebih mungkin tercapai oleh anak

C1.Contoh, kata “mendskripsikan” diganti dengan menunjukkan, menjumlahkan bilangan yang disimbolkan dengan angka sebaiknya diganti dengan kegiatan menjumlah melalui benda konkrit.
4) Arah kebijakan kurikulum C1 tidak perlu dipayungi dengan kelompok mata
pelajaran, tetapi diarahkan untuk kebutuhan pengembangan kompetensi dasar
yang bersifat integratif dan memuat keterampilan fungsional sebagai bekal
hidup di masyarakat.
5) Untuk acuan bagi semua sekolah, perlu dikembangkan model kurikulum yang
memuat rambu-rambu yang didasari karakteristik jenis ketunaan. Untuk
pengaturan struktur kurikulum, sebaiknya diserahkan sepenuhnya ke sekolah.
6) Alokasi waktu dalam kebijakan kurikulum tidak perlu dibagi berdasarkan
semester karena pencapaian kompetensi sangat beragam dan bergantung kepada
keecepatan siswa secara individu.
7) Perlu dikembangkan kompetensi-kompetensi fungsional yang dikembangkan dalam upaya pembinaan bakat istimewa sepert olahraga, seni dan keterampilan.


Hakikat KBK


Hakikat KBK

Kurikulum, dalam arti sempit diartikan sebagai susunan mata
pelajaran yang harus diajarkan agar peserta didik memiliki kemam-
puan. Bila ditelaah lebih jauh sebetulnya makna kurikulum tidak hanya
sekedar susunan sejumlah mata pelajaran, tetapi masih ditambah lagi dengan
jabaran-jabaran metode pelaksanaannya. Kurikulum dapat diartikan sebagai
sejumlah aktivitas dan pengalaman belajar yang diperoleh peserta didik di
bawah bimbingan, pengarahan dan bantuan sekolah (Finch dan Crunkilton,
1993). FA. Agus Wahyudi (2003: 15) menyebutkan bahwa, KBK merupakan
salah satu pendekatan dalam implementasi kurikulum yang memberikan
pelayanan terhadap peserta didik agar kemampuan mereka berkembang secara
optimal sesuai potensi yang dimiliki. Menurutnya, yang perlu ditekankan
dalam pembelajaran bukanlah apa yang harus peserta didik pelajari (learn-
ing what to be learned), melainkan belajar bagaimana belajar (learning how
to learn).
Ada dua hal penting yang tersirat dalam batasan kurikulum tersebut.
Pertama, yang menjadi fokus utama dari kurikulum adalah peserta didik, dan
kedua pengalaman dan kegiatan belajar. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa kurikulum pada dasarnya merupakan seperangkat kegiatan dan penga-
laman belajar yang direncanakan, dibimbing, dan diarahkan oleh sekolah.
Kompetensi, menurut Pardjono dan Wardan S. (2003:3) adalah
seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki
seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat
dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu. Di
bagian lain, Depdiknas (2002) memberikan batasan bahwa kom-
petensi adalah perpaduan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar
yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan berpikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seseorang...

EVALUASI HASIL BELAJAR DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


Implementasi KBK di SMK

SMK merupakan salah satu jenjang pendidikan kejuruan di tingkat
menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk
melaksanakan jenis pekerjaan tertentu. Pendidikan kejuruan adalah bagian
dari sistem pendidikan nasional yang mempersiapkan seseorang agar lebih
mampu bekerja pada suatu kelopmpok pekerjaan atau satu budang pekerjaan.
Pendidikan kejuruan, secara luas, mencakup semua jenis dan bentuk pengala-
man belajar yang membantu anak didik meniti tahap-tahap perkembangan
vokasionalnya, mulai dari identifikasi, eksplorasi, orientasi, persiapan, pemili-
han dan pemantapan karir di dunia kerja (Sukamto, 2001). Berdasarkan uraian
ini maka tugas utama SMK adalah mendidik dan membina para siswanya
agar memiliki bekal yang cukup untuk memasuki dunia kerja. Bekal tersebut
berbentuk pengetahuan, keterampilan, dan sikap profesional yang memadai.
Untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap profesional yang
tinggi diperlukan sistem pembelajaran yang tepat, efektif, dan efisien.
Perbaikan, peningkatan kualitas pembelajaran pendidikan kejuruan
khususnya SMK, sejak berdirinya hingga saat ini, terus dilakukan. Beberapa
program yang cukup dikenal antara lain, Pendidikan Sistem Ganda (PSG), life
skill, dan KBK. Program yang saat ini sedang gencar disosialisasikan untuk
dilaksanakan adalah pendidikan dan pengajaran dengan menggunakan KBK.
Dengan menerapkan kurikulum ini diharapkan SMK mampu menghasilkan
lulusan yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang memadai
sehingga mampu melaksanakan tugasnya di dunia kerja. Untuk itu, dalam
melaksanakan KBK ini pihak sekolah perlu menerapkan program pengen-
dalian agar kualitas hasil belajar yang tinggi dapat dicapai tetap terjaga. Bagi
SMK, keberhasilan pelaksanaan KBK ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,
di antaranya adalah guru yang profesional, peralatan praktik yang memadai,
fasilitas sarana, dan prasarana yang baik. Salah satu kegiatan yang berkaitan
dengan tingkat keprofesionalan guru di dalam pencapaian kualitas hasil belajar
adalah evaluasi hasil belajar. Hasil belajar yang dievaluasi adalah pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang diperoleh peserta didik melalui pembelajaran di kelas ataupun di bengkel (laboratorium).

PENGERTIAN KURIKULUM


Untuk mendapatkan rumusan tentang pengertian kurikulum, para ahli mengemukakan pandangan yang beragam. Dalam pandangan klasik, lebih menekankan kurikulum dipandang sebagai rencana pelajaran di suatu sekolah. Pelajaran-pelajaran dan materi apa yang harus ditempuh di sekolah, itulah kurikulum. George A. Beauchamp (1986) mengemukakan bahwa: “ A Curriculun is a written document which may contain many ingredients, but basically it is a plan for the education of pupils during their enrollment in given school”. Dalam pandangan modern, pengertian kurikulum lebih dianggap sebagai suatu pengalaman atau sesuatu yang nyata terjadi dalam proses pendidikan, seperti dikemukakan oleh Caswel dan Campbell (1935) yang mengatakan bahwa kurikulum … to be composed of all the experiences children have under the guidance of teachers. Dipertegas lagi oleh pemikiran Ronald C. Doll (1974) yang mengatakan bahwa : “ …the curriculum has changed from content of courses study and list of subject and courses to all experiences which are offered to learners under the auspices or direction of school.
Untuk mengakomodasi perbedaan pandangan tersebut, Hamid Hasan (1988) mengemukakan bahwa konsep kurikulum dapat ditinjau dalam empat dimensi, yaitu:
• Kurikulum sebagai suatu ide; yang dihasilkan melalui  teori-teori dan penelitian, khususnya  
  dalam bidang kurikulum dan pendidikan.
• Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, sebagai perwujudan dari kurikulum sebagai suatu
  ide; yang didalamnya memuat tentang tujuan, bahan, kegiatan, alat-alat, dan waktu.
• Kurikulum sebagai suatu kegiatan, yang merupakan pelaksanaan dari kurikulum sebagai
  suatu rencana tertulis; dalam bentuk praktek pembelajaran.


• Kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekwensi dari kurikulum sebagai suatu
  kegiatan, dalam bentuk ketercapaian tujuan kurikulum yakni tercapainya perubahan perilaku
  atau kemampuan tertentu dari para peserta didik.
Sementara itu, Purwadi (2003) memilah pengertian kurikulum menjadi enam bagian : (1) kurikulum sebagai ide; (2) kurikulum formal berupa dokumen yang dijadikan sebagai pedoman dan panduan dalam melaksanakan kurikulum; (3) kurikulum menurut persepsi pengajar; (4) kurikulum operasional yang dilaksanakan atau dioprasional kan oleh pengajar di kelas; (5) kurikulum experience yakni kurikulum yang dialami oleh peserta didik; dan (6) kurikulum yang diperoleh dari penerapan kurikulum.
Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional sebagaimana dapat dilihat dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa: “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.


Makalah Kurikulum 1975


Makalah Kurikulum 1975

 A.  PENDAHULUAN
Pembahasan mengenai kurikulum tidak mungkin dilepaskan dari pengertian kurikulum, posisi kurikulum dalam pendidikan, dan proses pengembangan suatu kurikulum. Pembahasan mengenai ketiga hal ini dalam urutan seperti itu sangat penting karena pengertian seseorang terhadap arti kurikulum menentukan posisi kurikulum dalam dunia pendidikan dan pada gilirannya posisi tersebut menentukan proses pengembangan kurikulum.Ketiga pokok bahasan itu dikemukakan dalam makalah ini dalam urutan seperti itu.
Pembahasan mengenai pengertian ini penting karena ada dua alasan utama. Pertama, seringkali kurikulum diartikan dalam pengertian yang sempit dan teknis. Dalam kotak pengertian ini maka definisi yang dikemukakan mengenai pengertian kurikulum kebanyakan adalah mengenai komponen yang harus ada dalam suatu kurikulum.Untuk itu berbagai definisi diajukan para akhli sesuai dengan pandangan teoritik atau praktis yang dianutnya. Ini menyebabkan studi tentang kurikulum dipenuhi dengan hutan definisi tentang arti kurikulum.
Alasan kedua adalah karena definisi yang digunakan akan sangat berpengaruh terhadap apa yang akan dilakukan oleh para pengembang kurikulum. Pengertian sempit atau teknis kurikulum yang digunakan untuk mengembangkan kurikulum adalah sesuatu yang wajar dan merupakan sesuatu yang harus dikerjakan oleh para pengembang kurikulum. Sayangnya, pengertian yang sempit itu turut pula mnyempitkan posisi kurikulum dalam pendidikan sehingga peran pendidikan dalam pembangunan individu, masyarakat, dan bangsa menjadi terbatas pula.
Pembahasan mengenai posisi kurikulum adalah penting karena posisi itu akan memberikan pengaruh terhadap apa yang harus dilakukan kurikulum dalam suatu proses pendidikan. Tidak seperti halnya dengan pengertian kurikulum para akhli kurikulum tidak banyak berbeda dalam posisi kurikulum. Kebanyakan mereka memiliki kesepakatan dalam menempatkan kurikulum di posisi sentral dalam proses pendidikan. Kiranya bukanlah sesuatu yang berlebihan jika dikatakan bahwa proses pendidikan dikendalikan, diatur, dan dinilai berdasarkan criteria yang ada dalam kurikulum. Pengecualian dari ini adalah apabila proses pendidikan itu menyangkut masalah administrasi di luar isi pendidikan. Meski pun demikian terjadi perbedaan mengenai koordinat posisi sentral tersebut dimana ruang lingkup setiap koordinat ditentukan oleh pengertian kurikulum yang dianut.
Pembahasan mengenai proses pengembangan kurikulum merupakan terjemahan dari pengertian kurikulum dan posisi kurikulum dalam proses pendidikan dalam bentuk berbagai kegiatan pengembangan. Pengertian dan posisi kurikulum akan menentukan ap yang seharusnya menjadi perhatian awal para pengembang kurikulum, mengembangkan ide kurikulum, mengembangkan ide dalam bentuk dokumen kurikulum, proses implementasi, dan proses evaluasi kurikulum. Pengertian dan posisi kurikulum dalam proses pendidikan menentukan apa yang seharusnya menjadi tolok ukur keberhasilan kurikulum, sebagai bagian dari keberhasilan pendidikan.
B. PENGERTIAN KURIKULUM
Untuk mendapatkan rumusan tentang pengertian kurikulum, para ahli mengemukakan pandangan yang beragam. Dalam pandangan klasik, lebih menekankan kurikulum dipandang sebagai rencana pelajaran di suatu sekolah. Pelajaran-pelajaran dan materi apa yang harus ditempuh di sekolah, itulah kurikulum. George A. Beauchamp (1986) mengemukakan bahwa: “ A Curriculun is a written document which may contain many ingredients, but basically it is a plan for the education of pupils during their enrollment in given school”. Dalam pandangan modern, pengertian kurikulum lebih dianggap sebagai suatu pengalaman atau sesuatu yang nyata terjadi dalam proses pendidikan, seperti dikemukakan oleh Caswel dan Campbell (1935) yang mengatakan bahwa kurikulum … to be composed of all the experiences children have under the guidance of teachers. Dipertegas lagi oleh pemikiran Ronald C. Doll (1974) yang mengatakan bahwa : “ …the curriculum has changed from content of courses study and list of subject and courses to all experiences which are offered to learners under the auspices or direction of school.
Untuk mengakomodasi perbedaan pandangan tersebut, Hamid Hasan (1988) mengemukakan bahwa konsep kurikulum dapat ditinjau dalam empat dimensi, yaitu:
• Kurikulum sebagai suatu ide; yang dihasilkan melalui  teori-teori dan penelitian, khususnya  
  dalam bidang kurikulum dan pendidikan.
• Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, sebagai perwujudan dari kurikulum sebagai suatu
  ide; yang didalamnya memuat tentang tujuan, bahan, kegiatan, alat-alat, dan waktu.
• Kurikulum sebagai suatu kegiatan, yang merupakan pelaksanaan dari kurikulum sebagai
  suatu rencana tertulis; dalam bentuk praktek pembelajaran.


• Kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekwensi dari kurikulum sebagai suatu
  kegiatan, dalam bentuk ketercapaian tujuan kurikulum yakni tercapainya perubahan perilaku
  atau kemampuan tertentu dari para peserta didik.
Sementara itu, Purwadi (2003) memilah pengertian kurikulum menjadi enam bagian : (1) kurikulum sebagai ide; (2) kurikulum formal berupa dokumen yang dijadikan sebagai pedoman dan panduan dalam melaksanakan kurikulum; (3) kurikulum menurut persepsi pengajar; (4) kurikulum operasional yang dilaksanakan atau dioprasional kan oleh pengajar di kelas; (5) kurikulum experience yakni kurikulum yang dialami oleh peserta didik; dan (6) kurikulum yang diperoleh dari penerapan kurikulum.
Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional sebagaimana dapat dilihat dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa: “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.

Rabu, 12 Desember 2012

Pengertian Teknologi Pendidikan


Teknologi pendidikan adalah tenologi & praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, serta evaluasi proses dan sumber untuk belajar.
  1.      Defenisi  (Elly, 1963).
Komunikasi audio visual adalah cabang dari teori dan praktrek pendidikan, terutama berkepentingan dengan mendesain dan menggunakan pesan guna pengendalian proses belajar. Kegiatannya meliputi :
a.       Mempelajari kelemahan, kelebihan yang unik maupun yang relatif dari pesan, baik yang dituangkan dalam bentuk gambar maupun yang bukan, dan yang digunakan untuk tujuan apapun dalam proses belajar.
b.      Penstrukturan & sistematisasi pesan oleh orang maupun instrumen dalam lingkungan pendidikan. Kegiatan ini meliputi perencanaan, produksi, pemilihan, manajemen dan pemanfaatan dari komponen maupun pemanfaatan tiap metode & medium komunikasi secara efektif untuk membantu pengembangan potensi belajar secara maksimal.



  2.      Definisi AECT 1963.
Komunikasi audio visual adalah cabang dari teori dan praktek pendidikan yang terutama berkepentingan dengan mendisain dan menggunakan pesan guna mengendalikan proses belajar. Kegiatannya meliputi ; a) mempelajari kelemahan dan kelebihan, yang unik maupun relatif, dari pesan baik yang diungkapkan dalam bentuk gambar, maupun yang bukan, dan yang digunakan untuk tujuan apapun dalam proses belajar, dan b) penstrukturan dan sistematisasi pesan oleh orang maupun instrumen dalam lingkungan pendidikan. Kegiatan ini meliputi perencanaan, produksi, pemilihan, manajemen dan pemanfaatan dari komponen maupun keseluruhan sistem pembelajaran.
Tujuan praktisnya ialah pemanfaatan tiap metode dan medium komunikasi secara efektif untuk membantu pengembangan potensi pebelajar (orang yang belajar) secara maksimal (Ely, 1963:18-19).

  3.      Defenisi (Komisi TP, 1970).
                  Teknologi Pembelajaran adalah : usaha sistematis dalam merancang, melaksanakan, mengevaluasi keseluruhan proses belajar mengajar untuk suatu tujuan khusus serta didasarkan penelitian tentang proses belajar dan komunikasi pada manusia yang menggunakan komunikasi sumber manusia dan non manusia agar belajar berlangsung efektif.

  4.      Definisi Komisi Teknologi Pembelajaran 1970.
Dalam pengertian yang lebih umum (teknologi pembelajaran) berarti media yang lahir sebagai akibat revolusi komunikasi yang dapat digunakan untuk keperluan pembelajaran disamping guru, buku teks dan papan tulis….. bagian yang membentuk teknologi pembelajaran adalah: televisi, film, OHP, komputer dan bagian perangkat keras maupun lunak lainnya, serta Teknologi Pembelajaran merupakan usaha sistematik dalam merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi keseluruhan proses belajar dan mengajar untuk suatu tujuan khusus, serta didasarkan pada penelitian tentang proses dan komunikasi pada manusia yang menggunakan kombinasi sumber manusia dan non-manusia agar belajar dapat berlangsung efektif (Commision on Instructional Technology,1970:21). 

  5.      Defenisi (Mac Kennie dan Eraut 1971).
Teknologi Pendidikan merupakan studi sistematik mengenai cara bagaimana tujuan pendidikan dapat dicapai.
Selengkapnya...

Pemilihan Media


PEMILIHAN MEDIA

   A.    Media Jadi dan Media Rancangan.
Ditinjau dari kesiapan pengadaannya, media dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu media jadi karena sudah merupakan komoditi perdagangan dan terdapat di pasaran luas dalam keadaan siap pakai (media by utilization), dan media rancangan karena perlu dirancang dan dipersiapkan secara khusus untuk maksud atau tujuan pembelajaran tertentu (media by design).
Kelebihan dari media jadi adalah hemat waktu, tenaga, dan biaya untuk pengadaannya. Sebaliknya, mempersiapkan media yang dirancang secara khusus untuk memenuhi kebutuhan tertentu akan memeras banyak waktu, tenaga maupun biaya karena untuk mendapatkan keandalan dan kesasihannya diperlukan serangkaian kegiatan validasi prototipnya.Kekurangan dari media jadi adalah kecilnya kemungkinan untuk mendapatkan media jadi yang dapat sepenuhnya sesuai dengan tujuan atau kebutuhan pembelajaran setempat.

   B.     Dasar Pertimbangan Pemilihan Media.
Beberapa penyebab orang memilih media antara lain adalah :
  1.      Bermaksud mendemonstrasikannya seperti halnya pada kuliah tentang media.
  2.      Merasa sudah akrab dengan media tersebut, misalnya seorang dosen yang sudah terbiasa menggunakan proyektor transparansi.
  3.      Ingin memberi gambaran atau penjelasan yang lebih konkret.
  4.      Merasa bahwa media dapat berbuat lebih dari yang bisa dilakukannya, misalnya untuk menarik minat atau gairah belajar siswa.
Jadi, dasar pertimbangan untuk memilih suatu media sangatlah sederhana, yaitu dapat memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan yang diinginkan atau tidak. Mc. Connel (1974) mengatakan bila media itu sesuai pakailah, “If The Medium Fits, Use It!”.

  C.    Kriteria Pemilihan.
Dalam hubungan ini Dick dan Carey (1978) menyebutkan bahwa di samping kesesuaian dengan tujuan perilaku belajarnya, setidaknya masih ada empat faktor lagi yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media, yaitu :
1.      Ketersediaan sumber setempat.
2.      Apakah untuk membeli atau memproduksi sendiri tersebut ada dana, tenaga, dan fasilitasnya.
3.      Faktor yang menyangkut keluwesan, kepraktisan, dan ketahanan media yang bersangkutan untuk waktu yang lama.

  D.    Model/Prosedur Pemilihan Media.
Sebagaimana yang telah diuraikan di atas, usaha-usaha untuk mendapatkan kesepakatan tentang taksonomi media belum membawa hasil. Hal ini disebabkan karena tujuan pengelompokkan maupun pemilihannya memang berlainan. Bila dilihat dari bentuknya, cara-cara tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga model, yaitu :
1.      Model flowchart, yang menggunakan sistem pengguguran (atau eliminasi) dalam pengambilan keputusan pemilihan.
2.      Model matriks, yang menangguhkan proses pengambilan keputusan pemilihan sampai seluruh kriteria pemilihannya diidentifikasi.
3.      Model checklist, yang juga menangguhkan keputusan pemilihan sampai semua kriterianya dipertimbangkan.

Anderson melihat pemilihan media sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pengembangan instruksional. Untuk keperluan itu, dia membagi media dalam sepuluh kelompok, yaitu :
1.      Media audio.
2.      Media cetak.
3.      Media cetak bersuara.
4.      Media proyeksi (visual) diam.
5.      Media proyeksi dengan suara.
6.      Media visual gerak.
7.      Media audio-visual gerak.
8.      Objek.
9.      Sumber manusia dan lingkungan.
10.  Media komputer.
Prosedur pemilihannya dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan apakah pesan yang akan disampaikan bersifat informasi/hiburan atau pesan instruksional. Bila pesan instruksional yang ingin ditampilkan, apakah akan berfungsi sebagai sarana belajar (media) atau sarana mengajar (peraga). Prosedur selanjutnya ialah menentukan strategi instruksionalnya, yaitu apakah ingin memberikan pengalaman belajar sikap, keterampilan fisik atau kognitif. Pemilihan strategi belajar ini mengikuti prosedur diagram pemilihan media seperti pada lamipran. Selanjutnya kita memilih media yang sesuai untuk menentukan pilihan akhir. Pertimbangan untuk memperbandingkan ini dapat dilihat misalnya dari kriteria kemudahan diprolehnya, keluwesan pemakaiannya (mudah dibawa ke mana-mana), kesesuaiannya dengan sumber-sumber kondisi dan keterbatasan yang ada seperti tenaga, fasilitas, dana, dan lain sebagainya.
Selengkapnya...

Teknologi Pendidikan Sebagai Konstruk Teoritik, Bidang Garapan Dan Profesi


   A.    Teknologi Pendidikan Sebagai Konstruk Teoritik.
Untuk mendefinisikan Teknologi Pendidikan sebagai konstruksi teoritik hanya diperlukan karakteristik pertama di atas; suatu kesatuan teori intelektual yang selalu dikembangkan melalui kegiatan penelitian.
Istilah teori yang dalam pembicaraan sehari-hari sering digunakan sebagai lawan kata praktek, yang mempunyai arti yang jelas yaitu : suatu prinsip umum yang didukung oleh data sebagai penjelasan terhadap sekelompok gejala atau suatu pernyataan tentang hubungan yang berlaku terhadap sejumlah fakta, suatu prinsip atau serangkaian prinsip yang menerangkan hubungan antara berbagai fakta dan meramalkan hasil baru berdasarkan fakta tersebut.
Teknologi Pendidikan adalah proses kompleks yang terintegrasi meliputi orang, prosedur, gagasan, sarana dan organisasi untuk menganalisis masalah dan merancang, melaksanakan, menilai dan mengelola pemecahan masalah dalam segala aspek belajar manusia.
Karakteristik teori dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
  1.      Adanya suatu gejala – harus masih ada beberapa gejala yang belum difahami sejelas-jelasnya menurut pengetahuan yang ada sekarang.
  2.      Menjelaskan – sebuah teori memberikan penjelasan tentang mengapa atau bagaimana gejala itu terjadi (sebagai kebalikan dari penegasan sederhana terhadap eksistensi suatu gejala).
  3.      Merangkum – sebuah teori memberikan rangkuman tentang apa yang telah diketahui tentang hubungan antara sejumlah besar informasi empiric, konsep dan generalisasi.
  4.      Memberikan orientasi – menentukan dan mempertajam fakta-fakta yang akan diteliti (dipelajari) serta membedakan antara data yang relevan dengan data yang tidak relevan.
  5.      Mensistematiskan – memberikan skema unutuk mensistematiskan, mengklasifikasikan dan menghubungkan segala gejala, postulat dan dalil yang serasi.
  6.      Mengidentifikasi kesenjangan – mencari bidang-bidang yang relevan namun diabaikan atau belum dipecahkan pada masa kini maupun buat studi di masa mendatang.
  7.      Melahirkan strategi untuk keperluan riset – memberikan dasar untuk merumuskan hipotesis baru dan melaksanakan riset lebih mendalam berdasar atas penjelasan tersebut.
  8.      Prediksi – dapat mengungkap hal-hal melebihi dari apa yang bisa diketahui berdasar atas data empiric sehingga dapat membuat estimasi dan memprediksi fakta baru dan hipotesis yang belum diketahui pada saat sekarang.

Teknologi pendidikan adalah suatu proses terpadu yang melibatkan orang, prosedur, gagasan, peralatan, dan organisasi untuk menganalisa masalah-masalah pendidikan dan cara pemecahan, mengimplemintasikan, mengevaluasi dan mengelola pemecahan masalah yang berkenaan dengan semua aspek belajar manusia. Pemecahan masalah dalam teknologi pendidikan adalah bagaimana sumber belajar itu didesain, dipilih dan digunakan untuk menciptakan kegiatan belajar.
Paradigma baru pada teknologi pendidikan memberikan suatu pendekatan baru dalam memecahkan masalah-masalah pendidikan, namun demikian pendekatan baru tersebut merupakan penjabaran dan perluasan dari konsep-konsep terdahulu. Dengan demikian secara langsung masih berhubungan dengan definisi dan diskripsi bidang teknologi pendidikan yang dihasilkan sebelumnya.

  B.     Teknologi Pendidikan Sebagai Bidang Garapan.
Teknologi Pendidikan sebagai bidang garapan merupakana aplikasi dari ide dan prinsip teoritik untuk memecahkan masalah kongkrit dalam bidang pendidikan dan pembelajaran ( teknik yang digunakan, aktivitas yang dikerjakan, informasi dan sumber yang digunakan dan klien yang dilayani ). Lingkungan kegiatan yang merangkum komponen konsep, ketrampilan dan prosedur serta memadukannya dalam bentuk aplikasi baru.
Ada tiga persyaratan atau karakteristik tambahan pada bidang garapan yaitu : teknik intelektual, yaitu pendekatan yang digunakan untuk memecahkan masalah, aplikasi praktis yaitu usaha untuk merealisasikan atau mengoperasionalkan pikiran, ide dan proses sehingga menghasilkan produk yang dapat dilihat, dan keunikan bidang garapan yaitu harus ada karakteristik khusus yang tidak dijumpai pada bidang lain.
Teknik Intelektual, adalah pendekatan yang digunakan oleh seseorang dalam mencari pemecahan masalah. Teknologi pendidikan memiliki satu cara dalam pemecahan masalah. Tiap fungsi pengembangan dan manajemen mempunyai teknik tersendiri yang berkaitan dengannya. Teknik tersendiri dari teknologi pendidikan adalah lebih dari jumlah bagian-bagiannya. Teknik itu melibatkan perpaduan sistematik masing-masing teknologi dari fungsi-fungsi tersebut dan saling keterhubungannya dalam satu proses terpadu dan kompleks untuk mengadakan analisi keseluruhan masalah-masalah dan kemudian menciptakan metode-metode pemecahan baru. Teknologi ini menghasilkan suatu akibat sinergistik, dengan menghasilkan keluaran-keluaran diluar dugaan berbeda jika didasarkan pada unsur-unsur yang bekerja secara terpisah dan sendiri-sendiri. Teknik intelektual yang asli itu merupakan suatu yang khas dari teknologi pendidikan dan tidak ada bidang lain yang mempergunakannya.
Aplikasi praktis, mencakup usaha merealisasikan atau mengoperasionalkan fikiran, ide dan proses. Aplikasi itu menghasilkan produk yang dapat dilihat. Sebagai contoh seorang benar-benar melaksanakan eksperimen ilmiah atau melaksanakan kegiatan pengembangan instruksional sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditentukan dalam mengaplikasikan teknik intelektual. Kecuali itu aplikasi praktis menunjukkan bagaimana teknik intelektual itu dioperasionalkan dalam konteks strutur organisasi dan institusi dimana bidang garapan itu beroperasi.
Keunikan, berhubung definisi tersebut menunjukkan bahwa suatu bidang garapan memadukan teknik intelektual dan aplikasi praktis yang diidentifikasi oleh definisi tersebut haruslah merupakan hal unik bagi bidang garapan tersebut. Haruslah tercermin karakteristik khusus yang tidak bisa dijumpai pada bidang lain. Jika definisi tersebut dapat mewujudkan adanya teknik intelektual dan aplikasi praktis yang unik, maka bidang garapan yang diidentifikasikan tersebut dengan sendirinya dapat dikatakan unik pula.
Jadi, definisi teknologi pendidikan sebagai bidang garapan, pertama-tama harus mendefinisikannya sebagai konstruk teoritik, kemudian mengidentifikasi teknik intelektual dan aplikasi praktis, serta kesemuanya menunjukkan keunikan bidang garapan teknologi pendidikan.
Selengkapnya...

Makalah Implementasi Belajar Mengajar


BAB I
PENDAHULUAN

   A.    Latar Belakang Masalah.
Dalam  proses belajar mengajar ada satu hal yang memegang peranan penting yaitu proses mengajar itu sendiri. Pengajaran pada intinya adalah interaksi antara pendidik danpeserta didik.
Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik, sedangkan mengajaradalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik. Peranan pendidik sangat mempengaruhi dalam  proses belajar anak didik. Apabila pendidik dalam  mengajar menggunakan pendekatan ekspositori, maka anak didik akan belajar dengan cara menerima. Dan apabila pendidik mengajar dengan pendekatan diskoveri/ induksi, maka anak didik akan belajar dengan aktif.
Untuk mencapai tujuan belajar secara maksimal, maka dalam  perencanaan dan prosesbelajar mengajar harus seefisien mungkin.
Berlatar belakang dari peranan pendidik yang sangat mempengaruhi dalam  proses belajar anak didik itu, maka penulisan makalah ini kami beri judul “Implementasi Belajar Mengajar”.

   B.     Rumusan Masalah.
Rumusan masalah yang kami angkat dalam makalah ini adalah :
1.      Bagaimana implementasi belajar mengajar?
2.      Tahap-tahap apa saja yang terdapat dalam  pengelolaan dan pelaksanaan prosesbelajar mengajar?

   C.    Tujuan Penulisan.
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah agar kita dapat mengetahui :
1.      Implementasi belajar mengajar.
2.      Tahap-tahap yang terdapat dalam  pengelolaan dan pelaksanaan proses belajar mengajar.